LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM
AGROKLIMATOLOGI
MENGENAL ALAT-ALAT KLIMATOLOI FUNGSI DAN PRINSIP
KERJA
OLEH :
NURUL FADLI
NO BP: 1110212070
KELAS: C
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
SEJARAH
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Sejarah pengamatan meteorologi dan
geofisika di Indonesia dimulai pada tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang
dilakukan secara perorangan oleh Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun
demi tahun kegiatannya berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data
hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada
tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah Hindia
Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en
Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun 1879 dibangun jaringan
penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa. Pada tahun 1902
pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor. Pengamatan
gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen horisontal
seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen vertikal
dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan
reorganisasi pengamatan meteorologi dengan menambah jaringan sekunder.
Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara
tahun 1942 sampai dengan 1945, nama instansi meteorologi dan geofisika diganti
menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah
proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah
menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan
Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan
Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan
Meteorologi dan Geofisika diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan namanya
diganti menjadi Meteorologisch en Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada
juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika yang dipertahankan oleh Pemerintah
Republik Indonesia , kedudukan instansi tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan
kedaulatan negara Republik Indonesia dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche
Dienst diubah menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen
Perhubungan dan Pekerjaan Umum. Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara
resmi masuk sebagai anggota Organisasi Meteorologi Dunia (World
Meteorological Organization atau WMO) dan Kepala Jawatan Meteorologi dan
Geofisika menjadi Permanent Representative of Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi
dan Geofisika diubah namanya menjadi Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah
Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi
Jawatan Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah
menjadi Direktorat Meteorologi dan Geofisika, kedudukannya tetap di bawah
Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat
Meteorologi dan Geofisika diganti namanya menjadi Pusat Meteorologi dan
Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di bawah Departemen Perhubungan,
dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi suatu instansi setingkat eselon
I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika, dengan kedudukan tetap berada di
bawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan
Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi
Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi
dan Geofisika.
Terakhir,
melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika
berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika disahkan oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang
Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU
RI Nomor 31 Tahun 2009)
BMKG
mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh
seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud diatas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan
fungsi :
- Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan perubahan iklim;
- Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
- Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG;
- Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG;
- Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
- Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang perhubungan.
Terwujudnya BMKG yang tanggap dan mampu memberikan pekayanan meteorologi, kualitas udara, dan geofisika yang handal guna mendukung keselamatan dan keberhasilan pembangunan nasional serta berperan aktif di tingkat internasional.
Misi
- Mengamati dan memahami fenomena Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
- Menyediakan data dan informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika yang handal dan terpercaya
- Melaksanakan dan mematuhi kewajiban internasional dalam bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
- Mengkoordinasikan dan memfasilitasi kegiatan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika.
MENGENAL ALAT-ALAT
KLIMATOLOGI, FUNGSI DAN PRINSIP KERJA
1. Pan Evaporimeter
|
Berfungsi untuk mengukur
evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu. Alat ini berupa sebuah panci
bundar besar terbuat dari besi yang dilapisi bahan anti karat dengan garis tengah/diameter
122 cm dan tinggi 25.4 cm. Panci ini ditempatkan diatas tanah berumput pendek
dan tanah gundul, dimana alat tersebut diletakkan diatas
pondasi terbuat dari kayu yang bagian atas kayu dicat warna putih gunanya untuk
mengurangi penyerapan radiasi.
Tinggi air dari bibir panci ± 5 cm, bila
air berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai. Waktu
pengamatan : pengamatan I, II, III ( Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB). Penguapan
Panci Terbuka pada tanah berumput pendek dilengkapi dengan alat Hook Gauge,
Still Well dan Thermometer Air.
Penguapan Panci Terbuka pada tanah
gundul dilengkapi dengan alat Hook Gauge, Still Well, Thermometer Air, Flaoting
Thermometer maksimum/ minimum dan Cup Counter Anemometer.
Alat
pengukur penguapan tersebut diatas dilengkapi dengan :
a.
Hook Gauge
Yaitu
suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci, terdiri
dari sebuah batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut
yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat
menyentuh pada permukaan air panci. Besarnya perubahan volume air dapat
dihitung dengan membaca skala milimeter pada batang mikrometer, dan skala
seperseratus millimeter dibaca dari mur yang mengelilingi batang mikrometer. Perhitungan
dilakukan dengan rumus :
Eo = (Po – P1) + CH
dimana
:
Eo
= Jumlah air yang dievaporasikan
Po
= Pembacaan awal dari permukaan air yang ditunjukkan
oleh
mikrometer
P1
= Pembacaan akhir setelah terjadi evaporasi
CH
= Curah Hujan
b.
Still Well
Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan)
yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat
sebuah skrup untuk menyetel/ mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal.
Pada dasar bejana terdapat sebuah lubang, sehingga permukaan air dalam bejana sama
tinggi dengan permukaan air dalam 8 panci. Bejana digunakan selain untuk tempat
meletakkan hook gauge, juga membuat air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan
dengan air pada panci, sehingga penyetelan ujung pancing dapat lebih mudah
dilakukan.
d.
Floating Thermometer Maksimum dan Minimum
Digunakan untuk mencatat suhu maksimum
dan minimum air yang terjadi selama 24 jam. Pada umumnya alat ini terdiri dari sebuah
pipa gelas yang berbentuk U dengan dua buah bola pada ujungnya. Thermometer
dipasang pada rangka baja non magnetis yang terapung sedikit dibawah permukaan
air oleh pelampung alumunium. Suhu maksimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks
dalam thermometer atas dan suhu minimum ditunjukkan oleh ujung kanan indeks
dalam tabung bawah. Untuk menyetel kedudukan indeks kembali, setelah suhu
dibaca digunakan magnet batang
2. Thermohigroraf
Merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur suhu dan kelembaban udara secara otomatis. Bagian atas dari
thermohigroraf digunakan untuk mengukur suhu , mempunyai sensor berupa logam,
ketika suhu naik maka logam akan memuai dan akan menaikan pena, sebalikna
ketika suhu turun logam akan memendek dan pena akan turun. Bagian bawah
digunakan untuk mengukur kelembaban, sensor berupa rambut, ketika kelembaban
tinggi, rambut akan menegang dan pena akan naik, sebaliknya ketika kelembaban
rendah rambut akan mengerut dan pena akan turun.
|
|
|
Berfungsi untuk mengukur radiasi
matahari dalam waktu satu hari, dipasang pada tempat terbuka diatas pondasi
beton setinggi 120 cm. Alat ini dinamakan bimetal karena prinsip kerja alat
terdiri dari dua buah lempengan logam yang berbeda warna sebagai sensor, yaitu
lempengan berwarna putih mengkilat dan warna hitam gelap. Perbedaan selisih
nilai pemuaian kedua lempengan tersebut dipakai sebagai dasar pengukuran dan perbedaan ini akan
mengakibatkan beda pemuaian pada kedua lempengan tersebut, sehingga menimbulkan
gerak pada pena dan akan melukis pada kertas pias yang dipasang pada silinder
jam. Arah lempeng logam dipasang searah dengan peredaran matahari yaitu arah
Timur – Barat. Pias dipasang pada jam 07.00 dan diangkat jam 18.00 WIB.
Besarnya total radiasi matahari dapat diketahui dengan menghitung luas lukisan
pada kertas pias dengan menggunakan alat Planimeter. Kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan rumus :
Total
Radiasi = Luas x Bilangan Tetapan Pias X Konstanta Alat
|
|
|
|
Sangkar meteorologi ini berfungsi
sebagai tempat alat-alat pengukur cuaca tertentu, agar tehindar dari sinar
matahari langsung dan pengaruh lingkungan. Sangkar ini terbuat dari kayu jati
yang dicat warna putih, bentuknya segi 4 , dengan setiap dinding diberi jalusi
berlapis dua, dan juga atapnya terbuat dari papan kayu , semua itu maksudnya
agar didalam sangkar ada sirkulasi udara. Ada empat jenis sangkar yang sama,
diantaranya tiga sangkar dengan ketinggian 120 cm, dan satu sangkar dengan
tinggi 20 cm dari permukaan tanah, yaitu :
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm yang ditempatkan pada permukaan
tanah gundul, didalamnya terdiri dari alat (Thermometer bola basah, bola
kering, maksimum, dan minimum).
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm yang ditempatkan pada permukaan
tanah berumput , didalamnya terdiri dari alat ( Thermometer bola basah, bola
kering, maksimum, dan minimum)
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 120 cm yang ditempatkan pada permukaan
tanah gundul, didalamnya terdapat alat Kessner Evaporimeter, dan Piche
Evaporimeter) .
Sangkar Meteorologi dengan ketinggian 20 cm yang ditempatkan pada permukaan
tanah gundul, didalamnya terdiri dari alat (Thermometer bola basah, bola
kering, maksimum, dan minimum). Psychrometer standard ini ditempatkan didalam
sangkar meteorologi dengan ketinggian berbeda seperti yang tersebut diatas,
yaitu terdiri dari
Thermometer
Bola Basah dan Bola Kering.
Themometer bola basah dan bola kering
ini berfungsi untuk menentukan kelembaban udara, suhu udara, dan titik embun
embun. Alat ini terdiri dari 2 buah thermometer air raksa yang dipasang
berdampingan secara vertikal. Bola dari salah satu thermometer dibungkus dengan
kain kasa/ muslin yang tergantung pada bejana kecil berisi air murni, sehingga
bola thermometer selalu basah dan disebut sebagai bola basah, sedangkan yang
lain tidak dibungkus disebut sebagai bola kering. Suhu udara dapat dibaca pada thermometer
bola kering, penguapan air dari kain kasa basah menyebabkan suhu bola basah
lebih rendah dari pada suhu bola kering. Dari hasil pembacaan bola basah dan
bola kering akan dapat diketahui kelembaban udara dan titik embun. Waktu
pengamatan : dilakukan sesuai dengan pengamatan AgM 1-a dan AgM 1-b.
Thermometer
Maksimum.
Berfungsi untuk mengukur suhu udara
maksimum. Cairan yang digunakan pada thermometer maksimum ini adalah air raksa,
adanya penyempitan pada pipa kapiler yang berdekatan dengan reservoir merupakan
ciri thermometer maksimum. Thermometer ini dipasang dengan kemiringan 2º secara
horizontal didalam sangkar meteorologi. Prinsip kerja thermometer ini, yaitu
jika suhu udara naik , maka air raksa dalam bola akan memuai mendorong cairan
air raksa keluar melalui pipa yang menyempit, suhu udara terus naik sampai
mencapai nilai maksimum. Jika suhu udara
turun,
cairan air raksa dalam bola akan menyusut sehingga alur air raksa dalam pipa
kapiler terputus, namun ujung air raksa tetap menunjukkan nilai skala yang
maksimum. Waktu pengamatan : dilakukan pada jam 18.00 WIB
Setelah dilakukan pengamatan/ pembacaan,
posisi air raksa harus dikembalikan ke posisi suhu pada waktu itu dengan cara
diayun sedikit hentakan sebanyak tiga kali.
Thermometer
Minimum.
Berfungsi untuk mengukur suhu terendah/
minimum pada suatu periode pengamatan.Cairan yang digunakan pada thermometer
ini adalah alkohol. Pada pipa kapiler berisikan indeks (batang kaca kecil). Thermometer
ini dipasang secara horizontal didalam sangkar meteorogi. Prinsip kerja
thermometer ini, yaitu jika suhu turun, alkohol akan menyusut dan permukaan alcohol
akan menarik indeks ke arah skalalebih kecil, sebaliknya jika suhu naik, permukaan
alkohol akan naik sedangkan indeks tetap tertinggal menunjukkan skala yang
terendah yang dicapai suhu udara. Waktu pengamatan : dilakukan pada jam 14.00
WIB. Setelah dilakukan pengamatan/ pembacaan skala, posisi indeks harus
dikembalikan ke posisi suhu pada waktu itu.
4. Piche Evaporimeter
|
Berfungsi untuk mengukur banyaknya
penguapan dari permukaan basah (kertas filter). Alat ini terdiri dari tabung
gelas yang berskala 0 sampai 30 cc dengan pembagian skala 0.1 cc, pada salah
satu ujung tabung yang terbuka diberi jepitan logam dan tabung gelas ini diisi
air destilasi, antara tabung gelas dan jepitan logam disisipkan kertas filter
dengan diameter 3 cm. Alat piche ini digantung secara vertical, dan
penempatannya digabung dengan kessner evaporimeter pada sangkar meteorologi
dengan posisi ujung tabung yang tertutup kertas filter di bagian bawah. Setelah
kertas filter basah semua baru dibaca skala sebagai skala awal (misal y). Jika
terjadi penguapan, air dalam tabung akan berkurang sehingga permukaan air dalam
tabung akan turun, pada waktu pengamatan dibaca skala (misal x) maka penguapan
( x – y ) Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 0730,
13.30, 17.30).
5. Thermometer Suhut Tanah Berumput
Berfungsi untuk mengukur suhu tanah
dengan kedalaman yang berbeda, yaitu : 0 cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10
cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini menggunakan cairan air raksa dan
diletakkan di tanah yang permukaan tanahnya berumput pendek, dan tanah gundul.
Untuk thermometer dengan kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang
dengan sudut kemiringan 60º dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan
pembacaan. Untuk thermometer dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer
berselubung/ tabung logam tembaga/kuningan. Bagian bawah bola thermometer diisi
dengan parafin/lilin, hal ini dimaksudkan untuk memperlambat perubahan suhu
ketika diangkat saat pengamatan/ pembacaan. Waktu pengamatan : pengamatan I,
II, III (Jam 07.30, 13.30, 17.30 WIB)
6. Thermometer Suhu Tanah Gundul
Berfungsi untuk mengukur suhu tanah
dengan kedalaman yang berbeda, yaitu : 0 cm (permukaan tanah), 2 cm, 5 cm, 10
cm, 20 cm, 50 cm dan 100 cm. Thermometer ini menggunakan cairan air raksa dan
diletakkan di tanah yang permukaan tanahnya gundul. Untuk thermometer dengan
kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm, dan 20 cm dipasang dengan sudut kemiringan 60º
dan dipasang pada penahan besi untuk memudahkan pembacaan. Untuk thermometer
dengan kedalaman 50 cm dan 100 cm digunakan thermometer berselubung/ tabung
logam tembaga/kuningan. Bagian bawah bola thermometer diisi dengan parafin/lilin,
hal ini dimaksudkan untuk memperlambat perubahan suhu ketika diangkat saat
pengamatan/ pembacaan. Waktu pengamatan : pengamatan I, II, III (Jam 07.30,
13.30, 17.30 WIB).
7. AAWS
Fungsi alat AWS ini untuk mengukur dan
mencatat unsur cuaca secara otomatis. AWS ini dilengkapi dengan alat sensor ,
unsur- unsur cuaca akan terdeteksi oleh sensor dan terekam selama 24 jam, dan unsur-unsur
cuaca tersebut akan terekam
setiap
10 menit pada alat Lodger, kemudian data dari Lodger tersebut dipindahkan dan di
edit ke PC Computer program AWS. Data yang sudah tercatat pada PC Computer program
AWS diarsipkan kemudian dikirim ke BMG Jakarta. Alat ini dapat mengamati dan mencatat
unsur - unsur cuaca, yaitu Suhu udara, Suhu tanah dengan kedalaman 10 cm dan 20
cm, Kelembaban udara, Titik embun, Tekanan udara, Arah dan kecepatan angin,
Curah hujan, dan Radiasi matahari. Waktu pengamatan : dilakukan selama 24 jam.
8. Gun Bellani
Fungsi alat ini sama dengan alat
aktinograf yaitu untuk mengukur total radiasi matahari selama satu hari sejak
matahari terbit hinga terbenam. Alat ini tidak secara langsung mengukur radiasi
matahari, tetapi melalui suatu proses penguapan zat cair terlebih dahulu.
Jumlah zat cair yang diuapkan berbanding lurus dengan total radiasi matahari yang
diterima. Alat Gun Bellani ini terdiri dari bagian sensor berbentuk bulat hitam
yang berisikan air dan dihubungkan dengan tabung buret yang berskala dalam
satuan milimeter. Radiasi yang diterima oleh sensor mengakibatkan sensor
menjadi panas sehingga zat cair yang ada dalam sensor menguap, kemudian uap air
ini akan mengkondensasi dibagian bawah tabung buret. Pengamatan dilakukan
dengan membaca jumlah air yang terkondensasi pada tabung buret, kemudian alat
dibalik sehingga posisi bola hitam berada dibagian bawah dan air akan masuk ke
dalam sensor. Selanjutnya alat dibalik kembali, sensor ada dibagian atas dan
zat cair tetap berada dalam bola hitam. Sedikit Zat cair yang tumpah kedalam tabung
buret dibaca sebagai skala awal kemudian alat diletakkan kembali kedalam silinder
pelindung. Besarnya penambahan volume air yang terkondensasi dapat diketahui dengan
cara, yaitu : Jumlah pembacaan hari ini dikurangi dengan skala awal hari
sebelumnya, Waktu pengamatan dilakukan setiap pagi jam 07.00 Wib.
9. Campbell Stokes
Berfungsi untuk mengukur lamanya
penyinaran matahari . Alat ini berupa bola kaca masif dengan garis tengah/diameter
10 – 15 cm, berfungsi sebagai lensa cembung (konvex) yang dapat mengumpulkan
sinar matahari ke suatu titik api (fokus), dan alat ini dipasang di tempat terbuka
diatas pondasi beton dengan ketinggian 120 cm dari permukaan tanah. Lamanya
penyinaran matahari dicatat dengan jalan memfokuskan sinar matahari tepat
mengenai kertas pias yang khusus dibuat untuk alat ini, dan hasilnya pada pias
akan terlihat bagian yang terbakar, panjang jejak/bekas bakaran menunjukkan
lamanya penyinaran matahari.
Pada kertas pias terdapat skala jam,
sehingga dapat dijumlahkan berapa lamanya matahari bersinar terang / cerah.
Pias akan mulai terbakar bila sinar matahari > 0.3 cal/cm2 atau 209,34 WM2. Pias
Campbell Stokes ada 3 macam, yaitu :
•
Pias lengkung panjang dipasang antara tanggal 11 Oktober – 28/ 29 Pebruari.
•
Pias lengkung pendek dipasang antara tanggal 11 April – 31 Agustus.
•
Pias lurus dipasang antar tanggal 1 Maret – 10 April dan 1 September – 10 Oktober.
Waktu pengamatan : pias dipasang jam 06.00 diangkat
jam 18.00 WIB.
10. Penakar Hujan
Otomatis Type Hellmann
Alat ini berfungsi untuk mengukur
intensitas, jumlah, dan waktu terjadinya hujan, dipasang dengan ketinggian 120
cm dari permukaan tanah sampai ke corong penakar dan luas penampang corong 200
cm2. Pada alat ini terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemasangan pias,
sehingga akan dapat diketahui curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya.
Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan terkumpul
dalam tabung. Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan dengan
tangkai pena, sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan pelampung,
maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak keatas. Gerakan pena
tersebut akan mencatat pada pias yang dipasang pada silinder jam, jika gerakan
pena mencapai skala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun melalui
pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik. Air dalam tabung terkuras habis
sehingga tangkai pena turut bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol, jika
hujan masih turun pena akan naik lagi, demikian seterusnya. Waktu pengamatan
: pengamatan dilakukan selama 24 jam dan penggantian pias dilakukan pada
jam 07.00 WIB.
11. Barometer Air Raksa
Fungsi
alat barometer ini untuk mengukur tekanan udara, alat ini dipasang dalam ruangan
yang mempunyai suhu yang sama (homogen) dan harus terhindar dari sinar matahari
langsung, umumnya letak bejana barometer ± 1 meter diatas permukaan lantai
ruangan, dan ditempatkan/ digantung pada dinding tembok ruangan. Alat barometer
ini terdiri dari sebuah tabung kaca yang ujung atasnya tertutup dan sebagian
berisi air raksa, tabung kaca dipasang dalam sebuah tabung lain dari tembaga
dengan mempergunakan sejenis kayu berpori atau gabus. Ujung bawah terbuka
dimasukkan kedalam bejana yang juga berisi air raksa. Ruangan diatas kolom air
raksa dalam tabung dapat dikatakan hampa, perbedaan tinggi antara permukaan
atas dan bawah dari zat cair itu adalah tekanan. Jika tekanan udara bertambah,
sebagian dari air raksa dalam bejana akan masuk kedalam tabung, permukaan air
raksa dalam tabung naik dan didalam bejana turun, maka perbedaan tinggi kedua
permukaan menjadi lebih besar.
12. Anemometer Cup
Counter
Berfungsi untuk mengukur kecepatan angin
selama periode waktu tertentu. Alat ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci,
dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah. Alat ini terdiri dari 3 buah
mangkok yang akan berputar bila tertiup angin, dimana bagian bawah mangkok
terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangkok tersebut.
Untuk mengetahui kecepatan angin pada
periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka
counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi
dengan periode waktu pengamatan.
13. HV Sampler
Merupakan alat yang berfungsi untuk
mengukur sampel debu atau partikel debu yang melayang di udara kurag lebih 1
mikron. Alat ini dipasang atau difungsikan selama 6 hari sekali, karena alat
ini banyak memakan arus listrik. Serta untuk menghemat pemakaian alat agar
tidak cepat aus. Dalam alat ini terdapat regulator debu yang terus berputar dan
menyaring partikel deb
14.
Penakar Hujan Manual Type Observatorium
Berfungsi untuk mengukur jumlah curah
hujan. Alat ini dipasang diatas tonggak kayu yang dibeton dengan ketinggian 120
cm dari permukaan tanah sampai mulut corong penaka r, luas penampang corong yaitu
100 cm2 dengan kapasitas menampung curah hujan ± 5 liter, dan ditengah corong
penakar dipasang kran. Jumlah curah hujan yang tertampung akan dituangkan melalui
kran dan ditakar dengan gelas ukur yang berskala sampai dengan 20 mm. Waktu
pengamatan : pengamatan dilakukan jam 07.00 WS dengan membuka kran dan
menampung air hujan dalam gelas penakar kemudian dibaca skala yang menunjukkan
jumlah curah
hujan
yang terjadi selama 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana,
Dadan. 2012. Mengenal Nama dan Fungsi
Alat‐alat Pemantau Cuaca dan Iklim. Penyuluh BP4K. Cianjur
Bapak Zakariah, Petugas Stasiun Klimatologi Sicincin
Sumatera Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar