Nama : Nurul Fadli
Bp : 1110212089
Tugas : Resume
Rekayasa Genetika.
Transfer gen proteinase inhibitor II
pada kedelai
melalui vektor Agrobacterium tumefaciens
untuk ketahanan terhadap hama penggerek polong (Etiella zinckenella Tr.)
Penggerek
polong (Etiella zinckenella Tr.) merupakan salah satu hama
penting kedelai dan masih sulit dikendalikan secara konvensional. Penggunaan
varietas tahan merupakan strategi terbaik dan relatif aman, tetapi hingga saat
ini sumber gen ketahanan tersebut belum ditemukan pada plasma nutfah kedelai
yang ada. Perakitan tanaman kedelai transgenik tahan penggerek polong merupakan
alternatif terbaik untuk mengatasi masalah ini. Penelitian bertujuan
mendapatkan protokol terbaik untuk transformasi kedelai melalui Agrobacterium
tumefaciens dan tanaman kedelai tahan penggerek polong.
Gen
proteinase inhibitor (pin) merupakan gen yang dapat menghasilkan senyawa
antinutrisi yang dapat menghambat kerja enzim proteolitik (proteinase) dalam
perut serangga (Ryan 1990). Gen ini dapat digunakan untuk merakit tanaman
transgenik tahan hama. Apabila gen ini berhasil ditransfer ke dalam kromosom
tanaman dan mampu diekspresikan dengan baik, maka serangga yang memakan tanaman
tersebut akan terganggu sistem pencernaannya, terhambat pertumbuhannya dan
akhirnya mati jika tingkat penghambatannya tinggi (Jhonson et al. 1990).
Serine proteinase inhibitors (tripsin dan kimotripsin inhibitor) telah
menunjukkan keefektifannya menghambat perkembangan larva beberapa jenis
Lepidoptera, di antaranya Ostrinia nubilalis (Steffens et al.
1978), Manduca sexta (Shukle dan Murdock 1983), Heliothis zea,
dan Spodoptera exigua (Broadway dan Duffey 1986). Transformasi dengan
gen pin telah berhasil dilakukan, di antaranya pada padi (Xu et al.
1996) dan ubi jalar (Newell et al. 1995) menggunakan gen tripsin inhibitor
cowpea, kemudian pada tembakau menggunakan gen pinI dan II (Jhonson et
al. 1990).
Sebagai
proteinase utama untuk mendapatkan asam amino dari protein yang
dimakannya. Enzim proteinase mengkatalis pemecahan protein yang dimakan
oleh serangga untuk mendapatkan asam amino yang penting bagi pertumbuhan normal
serangga (Bahagiawati 2000). Proteinase inhibitor II (pinII) merupakan
salah satu contoh senyawa penghambat (inhibitor) kerja enzim serine
proteinase khususnya tripsin dan kimotripsin dari serangga Lepidoptera
(Bahagiawati 2000). Jhonson et al. (1990) dan Ryan (1990) melaporkan
bahwa apabila gen pinII berhasil ditransfer ke dalam kromosom tanaman
dan mampu diekspresikan, maka serangga yang memakan bagian dari tanaman
transgenik tersebut akan terganggu sistem pencernaannya, terhambat
pertumbuhannya dan akhirnya mati jika tingkat penghambatan pencernaan protein
relatif tinggi.
Hasil
transfer gen pinII pada eksplan kedelai melalui Agrobacterium menunjukkan
bahwa varietas Wilis memberikan jumlah planlet dan tanaman yang lebih banyak (8
tanaman) daripada Tidar yang hanya menghasilkan 1 tanaman Hal ini
disebabkan embrio somatik yang dihasilkan dari eksplan Wilis berukuran lebih
besar dan bentuknya lebih sempurna mudah dikecambahkan menjadi planlet/ tanaman
(Gambar 2). Embrio dari eksplan Tidar, walaupun jumlahnya lebih banyak daripada
Wilis, tetapi ukurannya lebih kecil dan kurang sempurna sehingga banyak yang
gagal berkecambah dan akhirnya hanya diperoleh satu tanaman saja (Gambar 3).
Tanaman hasil regenerasi berhasil diaklimatisasikan dan tumbuh normal di rumah
kaca serta menghasilkan polong yang berbiji (fertil).
Keberhasilan penelitian transformasi kedelai sangat ditentukan
oleh metode regenerasi dan transformasi yang digunakan disatu hambatan besar
dalam transformasi kedelai adalah respons tanaman kedelai pada manipulasi kultur
in vitro (Finer 1988). Parrott et al. (1989), misalnya, telah menghasilkan
kedelai transgenik primer melalui transformasi A. tumefaciens pada eksplan
kotiledon muda. Namun, dari kultur ini hanya diperoleh beberapa embrio dan
akhirnya hanya berkembang menjadi tiga tanaman transgenik.
Transfer
gen pinII pada tanaman kedelai telah berhasil dilakukan melalui A.
tumefaciens dengan dihasilkannya satu event tanaman AT1 (Tidar) yang
menunjukkan hasil PCR positif terhadap gen pinII. Protokol terbaik untuk
transformasi kedelai melalui A. Tumefaciens adalah menggunakan eksplan
kotiledon muda dengan kerapatan bakteri 1 x 108 sel/ml, lama inokulasi 90
menit, dan lama kokultivasi 5 hari. Tanaman kedelai AT1R1 (Tidar) hasil
transformasi melalui A. Tumefaciens sedikit lebih tahan terhadap hama
penggerek polong daripada tanaman kedelai nontransgenik (konrol).
Sumber Pustaka
Bahagiawati, A.H. 2000. Peranan dan potensi
dietary insecticidal protein dalam rekayasa
genetika tanaman tahan hama. Buletin Agro. Bio. 3(2): 74-79.
Jhonson, R., J. Narvaez, Ang, and C.A.
Ryan. 1990. Expression of proteinase inhibitors
I and II in transgenic tobacco plants: effects on natural defence against Manduca sexta larvae.
Proc. Natl. Acad. Sci. USA (86): 9871-9875
Ryan, C.A. 1990. Proteinase inhibitors in
plants: genes for bimproving defenses against
insects and pathogens. Ann. Rev.Phytopathol. (28): 425-449.
Steffens, R., F.R. Fox, and Kassell. 1978.
Effect of trypsin inhibitors on growth and metamorphosis of corn borer larvae, Ostrinia nubilalis (Hubner). J. Agric. Food Chem. (26): 170 174.