Minggu, 10 November 2013

laporan heritabiltas fadil

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam program pemuliaan tanaman, besarnya keragaman genotip dalam suatu populasi merupakan hal yang sangat penting. Keragaman genotip mencerminkan besarnya potensi suatu populasi tanaman untuk menerima perbaikan. Populasi dengan keragaman genotip rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogeny sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotip suatu populasi perlu diketahui komponen – komponen yang menyusun keragaman individu tanaman penyusun populasi. Keragaman yang dapat diamati pada suatu tanaman individu tanaman merupakan perwujudan dari factor genetis yag menjadi ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotip) dan factor lingkungan yang menjadi tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagai berikut : 2 P = G + E Dimana P adalah keragaman yang dapat diamati (fenotipe), G adalah ciri genetis tanaman (genotipe) dan Enviroment adalah lingkungan. Oleh karena hanya P yang dapat diukur secara langsung, maka untuk mengetahui besarnya G dan Enviroment diperlukan penguraian. Penguraian fenotipe menjadi komponen G dan E, diperlukan penguraian. Penguraian fenotip menjadi G dan E tidak mungkin dilakukan berdasarkan pengamatan langsung individu tanaman, karena G maupun E tidak dapat diamati secara langsung. Karena itu penguraian perlu dilakukan berdasarkan populasi tanaman dan hubungan diatas menjadi : 3 2 P = 2 G + 2 E Dimana 2 P adalah keragaman fenotip, 2 G adalah keragaman genotip dan 2 E adalah keragaman lingkungan. Jika populasi tanaman tersebut ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang homogen, maka pengaruh lingkungan akan sama pada seluruh anggota populasi . dengan demikian jika terdapat keragaman dalam populasi maka keragaman tersebut jelas karena perbedaan ciri genetis dari anggota penyusun populasi. Dengan kata lain jika 2 E = 0, maka 2 P = 2 G. dalam kenyataan, untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang benar – benar homogen bukan merupakan hal yang mudah. Diperlukan teknik analisis untuk dapat mengurai keragaman fenotip menjadi komponen – komponen yang diperlukan. Teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman atau tujuan diatas adalah teknik analisis varians yang diikuti dengan penguraian komponen varians. Berdasarkan analisis varians tersebut dapat diketahui besar dan kebermaknaan genotipe, namun belum diketahui besarnya sumbangan keragaman genotipe tersebut terhadap keragaman fenotipenya. Oleh karena itu, ada satu parameter genetis yang masih perlu ditaksir, yaitu heretabilitas ( H2 ) atau daya waris (dalam hal ini adalah heretabilitas dalam arti luas). Heretabilitas merupakan nilai relatif yang menunjukkan besarnya sumbangan keragaman genotipe dan dapat dinyatakan sebagai berikut : 4 x 100 % Nilai H2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan, memiliki nilai antara 0 dan 1. Jika H2 = 1, menunjukkan keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika H2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena pengaruh lingkungan yang beragam. Kriteria heretabilitas adalah 0 – 20 % (rendah) ; 20 – 50 % (sedang) ; > 50 (tinggi). I.2 tujuan Menghitung heritabilitas dalam arti luas dari analisis komponen ragam baik yang berasal dari satu lokasi maupun multilokasi. Menghitung heritabilitas dalam arti sempit dari analisis komponen ragam baik yang diperoleh dari analisis dialel BAB II TINJAUAN PUSTAKA Heritabilitas atau daya waris adalah warisan bagi pengaruh keragaman genetik terhadap keragaman genetika terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varian (ragam). Dalam praktik genetika terapan dikenal dua macam heritabilitas : heritabilitas arti luas, berupa nisbah varian genotipik terhadap varian fenotipik, dan heritabiltas arti sempit, berupa nisbah varian genetik aditif terhadap varian fenotipik (Anonim, 2011). Heritabilitas adalah angka keturunan yaitu seberapa besar tetua dapat menurunkan gennya kepada keturunannya yang mempunyai kesamaan sifat. Menurut Warwick heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Terhadap dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah hertabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012). Menurut Anonim (2012), ada beberapa cara utama dalam prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas: 1. Estimasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum. 2. Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuensi gennya akan berubah dan perubahan frekuensi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya. 3. Melalui perhitungan kolerasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknnya. Cara ini merupakan cara yang paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara genetik. Heritabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi, yaitu untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunnya. Menurut Warwick dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statistik merupakan reaksi observased fenotipik varian, yang disebabkan perbedaan hereditas diantara gendan kombinasi gen genotip individu-individu. Ada dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah heritabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012). Heritabilitas mengukur keragaman total pada fenotipik yang disebabkan oleh keragaman aditif. h2 mengukur kepentingan relatif antara pengaruh genetik dan lingkungan untuk suatu sifat pada suatu populasi. h2 sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara anak-anak dengan tetuanya. Suatu sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila tanaman dalam suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cendrung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. proporsi ini dapat diwariskan pada generasi selanjutnya (Noorhen, 1995). Heritabilitas (h2) dalam arti luas ini menjadi rasio antara keragaman genetik dengan keragaman fenotipik. Heritabilitas dalam arti luas ini melibatkan pengaruh gen yang aditif dan yang non-aditif . h2 = Para ahli genetika menyatakan proporsi perbedaan dalam ciri individual, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang diwariskan , sebagai faktor heritabilitas. Untuk mengukur hertabilitas, hanya ada pendekatan matematis saja, dan hal ini ada di luar lingkup pembahasan. Hanya sedikit ahli genetika percaya bahwa kita mempunyai cukup cara untuk membedakan heritabilitas intelegensi dan periku pada manusia. Ragam genetik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya introduksi bangsa ternak yang baru ke dalam kelompok ternak asli dapat meningkatkan ragam genetik, bila terjadi perkawinan di antara kedua bangsa ternak tersebut. Selain itu, efek seleksi dalam satu kelompok ternak pada sejumlah generasi dapat menurunkan ragam genetik. Penggunaan metode inbreeding dalam sistem perkawinan dapat menurunkan ragam genetik (Rusfidra, 2012). Kolerasi genetik adalah kolerasi dari pengaruh genetik aditif atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu. Kolerasi dapat dikatakan jika gen-gen yang mempengaruhi sifat pertama juga mempengaruhi sifat kedua. Kolerasi lingkungan termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik yang bukan aditif. sifat-sifat kolerasi genetik biasanya digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan-perubahan dalam generasi berikutnya apabila digunakan sebagai kriteria seleksi. Kolerasi dibedakan menjadi kolerasi genetik, kolerasi fenotip dan dan kolerasi lingkungan. Kolerasi genetik terjadi apabila gen yang sama mempengaruhi ekspresi(Pai,1985). BAB III METODA 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilkasanakan pada hari jum’at, 25 Oktober 2013 pukul 08:30-sd di BDP lantai 3 Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain kalkulator, alat tulis lainya dan data: 1. Data pengukuran Diameter tanaman jati yang telah di sediakan 3.3 Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini dengan cara menghitung data yang telah ada. Dengan mengunakan perhitungan ANOVA. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1. Pengukuran diameter jati No A B C D Total 1 15,9 15,9 17,3 8,2 57,3 2 19,9 21,3 21,9 8,3 71,4 3 14,8 8,6 7,8 6,1 37,3 4 15,5 10,2 6,6 4,4 36,7 Total 66,1 56 53,6 27 202,7 Tabel 2. Tabel sidik ragam Sumber keragaman db jk kt Uji nyata E (KT) h2 kriteria Blok 3 208,83 69,61 7,83 Varietas 3 211,9 70,63 7,92 23,54 69 % Tinggi Sisa 9 79,92 8,9 8,9 Total 15 500,65 149,12 15,75 1,97 FKT : 2567,96 JKT : 500,65 JKV : 211,9 JKB : 208,83 JKS : 79,92 KTB : 69,61 KTV : 70,63 KTS : 8,9 KTT : 149,12 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada pratikum kali ini bahwa nilai heritabilitasnya didapatkan 69% maka hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan dari suatu tetua untuk mewariskan karakter tertentu kepada anakanya sangat tinggi. Bisa jadi faktor genetik yang sangat memepengaruhinya dan hanya sedikit faktor lingkungnya, semakin tinggi faktor genetik yang berperan terhadap suatu karakter maka semakin besar pula peluang karakter tersebut diwariskan kepada anakanya. Didalam ilmu pemulian nilai heritabilitas ini sangat menetukan laju dari suatu seleksi apabila seleksi tersebut dilaksanakan dan ternyata nilai heritabilitasnya tinggi, maka dapat dikatakan bahwan seleksi tersebut berhasil dilakukan dan mendapatkan varietas yang memang sesuai dengan si pemulia tersebut. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. karena keragaman fenotipik merupakan hasil dari interaksi antara ragam genetik dan lingkungan. Keragaman genotip yang rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi yang dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotip suatu populasi perlu diketahui komponen – komponen yang menyusun keragaman individu tanaman penyusun populasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa nilai heritabilitasyang tinggi meruapakan parameter kita bahwa keragaman genetiklah yang banyak berperan dibandingkan dengan ragam lingkungan, nilai heritabilitas juga dapat mengetahui besar kecilnya kemampuan pewarisan sifat tetua kepada anakanya. 5.2 Saran Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2013. Laporan praktikum heritabilitas. ITB. Noorhen, 1995. Heritability of crof improvement. Chapman, longwes. Rusfidra, 2012. Perhitungan nilai heritabilitas ST 1. IPB Press Bogor. Lampiran Perhitungan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam program pemuliaan tanaman, besarnya keragaman genotip dalam suatu populasi merupakan hal yang sangat penting. Keragaman genotip mencerminkan besarnya potensi suatu populasi tanaman untuk menerima perbaikan. Populasi dengan keragaman genotip rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogeny sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotip suatu populasi perlu diketahui komponen – komponen yang menyusun keragaman individu tanaman penyusun populasi. Keragaman yang dapat diamati pada suatu tanaman individu tanaman merupakan perwujudan dari factor genetis yag menjadi ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotip) dan factor lingkungan yang menjadi tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagai berikut : 2 P = G + E Dimana P adalah keragaman yang dapat diamati (fenotipe), G adalah ciri genetis tanaman (genotipe) dan Enviroment adalah lingkungan. Oleh karena hanya P yang dapat diukur secara langsung, maka untuk mengetahui besarnya G dan Enviroment diperlukan penguraian. Penguraian fenotipe menjadi komponen G dan E, diperlukan penguraian. Penguraian fenotip menjadi G dan E tidak mungkin dilakukan berdasarkan pengamatan langsung individu tanaman, karena G maupun E tidak dapat diamati secara langsung. Karena itu penguraian perlu dilakukan berdasarkan populasi tanaman dan hubungan diatas menjadi : 3 2 P = 2 G + 2 E Dimana 2 P adalah keragaman fenotip, 2 G adalah keragaman genotip dan 2 E adalah keragaman lingkungan. Jika populasi tanaman tersebut ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang homogen, maka pengaruh lingkungan akan sama pada seluruh anggota populasi . dengan demikian jika terdapat keragaman dalam populasi maka keragaman tersebut jelas karena perbedaan ciri genetis dari anggota penyusun populasi. Dengan kata lain jika 2 E = 0, maka 2 P = 2 G. dalam kenyataan, untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang benar – benar homogen bukan merupakan hal yang mudah. Diperlukan teknik analisis untuk dapat mengurai keragaman fenotip menjadi komponen – komponen yang diperlukan. Teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman atau tujuan diatas adalah teknik analisis varians yang diikuti dengan penguraian komponen varians. Berdasarkan analisis varians tersebut dapat diketahui besar dan kebermaknaan genotipe, namun belum diketahui besarnya sumbangan keragaman genotipe tersebut terhadap keragaman fenotipenya. Oleh karena itu, ada satu parameter genetis yang masih perlu ditaksir, yaitu heretabilitas ( H2 ) atau daya waris (dalam hal ini adalah heretabilitas dalam arti luas). Heretabilitas merupakan nilai relatif yang menunjukkan besarnya sumbangan keragaman genotipe dan dapat dinyatakan sebagai berikut : 4 x 100 % Nilai H2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan, memiliki nilai antara 0 dan 1. Jika H2 = 1, menunjukkan keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika H2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena pengaruh lingkungan yang beragam. Kriteria heretabilitas adalah 0 – 20 % (rendah) ; 20 – 50 % (sedang) ; > 50 (tinggi). I.2 tujuan Menghitung heritabilitas dalam arti luas dari analisis komponen ragam baik yang berasal dari satu lokasi maupun multilokasi. Menghitung heritabilitas dalam arti sempit dari analisis komponen ragam baik yang diperoleh dari analisis dialel BAB II TINJAUAN PUSTAKA Heritabilitas atau daya waris adalah warisan bagi pengaruh keragaman genetik terhadap keragaman genetika terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varian (ragam). Dalam praktik genetika terapan dikenal dua macam heritabilitas : heritabilitas arti luas, berupa nisbah varian genotipik terhadap varian fenotipik, dan heritabiltas arti sempit, berupa nisbah varian genetik aditif terhadap varian fenotipik (Anonim, 2011). Heritabilitas adalah angka keturunan yaitu seberapa besar tetua dapat menurunkan gennya kepada keturunannya yang mempunyai kesamaan sifat. Menurut Warwick heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Terhadap dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah hertabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012). Menurut Anonim (2012), ada beberapa cara utama dalam prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas: 1. Estimasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum. 2. Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuensi gennya akan berubah dan perubahan frekuensi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya. 3. Melalui perhitungan kolerasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknnya. Cara ini merupakan cara yang paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara genetik. Heritabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi, yaitu untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunnya. Menurut Warwick dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statistik merupakan reaksi observased fenotipik varian, yang disebabkan perbedaan hereditas diantara gendan kombinasi gen genotip individu-individu. Ada dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah heritabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012). Heritabilitas mengukur keragaman total pada fenotipik yang disebabkan oleh keragaman aditif. h2 mengukur kepentingan relatif antara pengaruh genetik dan lingkungan untuk suatu sifat pada suatu populasi. h2 sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara anak-anak dengan tetuanya. Suatu sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila tanaman dalam suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cendrung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. proporsi ini dapat diwariskan pada generasi selanjutnya (Noorhen, 1995). Heritabilitas (h2) dalam arti luas ini menjadi rasio antara keragaman genetik dengan keragaman fenotipik. Heritabilitas dalam arti luas ini melibatkan pengaruh gen yang aditif dan yang non-aditif . h2 = Para ahli genetika menyatakan proporsi perbedaan dalam ciri individual, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang diwariskan , sebagai faktor heritabilitas. Untuk mengukur hertabilitas, hanya ada pendekatan matematis saja, dan hal ini ada di luar lingkup pembahasan. Hanya sedikit ahli genetika percaya bahwa kita mempunyai cukup cara untuk membedakan heritabilitas intelegensi dan periku pada manusia. Ragam genetik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya introduksi bangsa ternak yang baru ke dalam kelompok ternak asli dapat meningkatkan ragam genetik, bila terjadi perkawinan di antara kedua bangsa ternak tersebut. Selain itu, efek seleksi dalam satu kelompok ternak pada sejumlah generasi dapat menurunkan ragam genetik. Penggunaan metode inbreeding dalam sistem perkawinan dapat menurunkan ragam genetik (Rusfidra, 2012). Kolerasi genetik adalah kolerasi dari pengaruh genetik aditif atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu. Kolerasi dapat dikatakan jika gen-gen yang mempengaruhi sifat pertama juga mempengaruhi sifat kedua. Kolerasi lingkungan termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik yang bukan aditif. sifat-sifat kolerasi genetik biasanya digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan-perubahan dalam generasi berikutnya apabila digunakan sebagai kriteria seleksi. Kolerasi dibedakan menjadi kolerasi genetik, kolerasi fenotip dan dan kolerasi lingkungan. Kolerasi genetik terjadi apabila gen yang sama mempengaruhi ekspresi(Pai,1985). BAB III METODA 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilkasanakan pada hari jum’at, 25 Oktober 2013 pukul 08:30-sd di BDP lantai 3 Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain kalkulator, alat tulis lainya dan data: 1. Data pengukuran Diameter tanaman jati yang telah di sediakan 3.3 Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini dengan cara menghitung data yang telah ada. Dengan mengunakan perhitungan ANOVA. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1. Pengukuran diameter jati No A B C D Total 1 15,9 15,9 17,3 8,2 57,3 2 19,9 21,3 21,9 8,3 71,4 3 14,8 8,6 7,8 6,1 37,3 4 15,5 10,2 6,6 4,4 36,7 Total 66,1 56 53,6 27 202,7 Tabel 2. Tabel sidik ragam Sumber keragaman db jk kt Uji nyata E (KT) h2 kriteria Blok 3 208,83 69,61 7,83 Varietas 3 211,9 70,63 7,92 23,54 69 % Tinggi Sisa 9 79,92 8,9 8,9 Total 15 500,65 149,12 15,75 1,97 FKT : 2567,96 JKT : 500,65 JKV : 211,9 JKB : 208,83 JKS : 79,92 KTB : 69,61 KTV : 70,63 KTS : 8,9 KTT : 149,12 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada pratikum kali ini bahwa nilai heritabilitasnya didapatkan 69% maka hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan dari suatu tetua untuk mewariskan karakter tertentu kepada anakanya sangat tinggi. Bisa jadi faktor genetik yang sangat memepengaruhinya dan hanya sedikit faktor lingkungnya, semakin tinggi faktor genetik yang berperan terhadap suatu karakter maka semakin besar pula peluang karakter tersebut diwariskan kepada anakanya. Didalam ilmu pemulian nilai heritabilitas ini sangat menetukan laju dari suatu seleksi apabila seleksi tersebut dilaksanakan dan ternyata nilai heritabilitasnya tinggi, maka dapat dikatakan bahwan seleksi tersebut berhasil dilakukan dan mendapatkan varietas yang memang sesuai dengan si pemulia tersebut. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. karena keragaman fenotipik merupakan hasil dari interaksi antara ragam genetik dan lingkungan. Keragaman genotip yang rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi yang dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotip suatu populasi perlu diketahui komponen – komponen yang menyusun keragaman individu tanaman penyusun populasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa nilai heritabilitasyang tinggi meruapakan parameter kita bahwa keragaman genetiklah yang banyak berperan dibandingkan dengan ragam lingkungan, nilai heritabilitas juga dapat mengetahui besar kecilnya kemampuan pewarisan sifat tetua kepada anakanya. 5.2 Saran Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2013. Laporan praktikum heritabilitas. ITB. Noorhen, 1995. Heritability of crof improvement. Chapman, longwes. Rusfidra, 2012. Perhitungan nilai heritabilitas ST 1. IPB Press Bogor. Lampiran Perhitungan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam program pemuliaan tanaman, besarnya keragaman genotip dalam suatu populasi merupakan hal yang sangat penting. Keragaman genotip mencerminkan besarnya potensi suatu populasi tanaman untuk menerima perbaikan. Populasi dengan keragaman genotip rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogeny sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotip suatu populasi perlu diketahui komponen – komponen yang menyusun keragaman individu tanaman penyusun populasi. Keragaman yang dapat diamati pada suatu tanaman individu tanaman merupakan perwujudan dari factor genetis yag menjadi ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotip) dan factor lingkungan yang menjadi tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagai berikut : 2 P = G + E Dimana P adalah keragaman yang dapat diamati (fenotipe), G adalah ciri genetis tanaman (genotipe) dan Enviroment adalah lingkungan. Oleh karena hanya P yang dapat diukur secara langsung, maka untuk mengetahui besarnya G dan Enviroment diperlukan penguraian. Penguraian fenotipe menjadi komponen G dan E, diperlukan penguraian. Penguraian fenotip menjadi G dan E tidak mungkin dilakukan berdasarkan pengamatan langsung individu tanaman, karena G maupun E tidak dapat diamati secara langsung. Karena itu penguraian perlu dilakukan berdasarkan populasi tanaman dan hubungan diatas menjadi : 3 2 P = 2 G + 2 E Dimana 2 P adalah keragaman fenotip, 2 G adalah keragaman genotip dan 2 E adalah keragaman lingkungan. Jika populasi tanaman tersebut ditumbuhkan pada kondisi lingkungan yang homogen, maka pengaruh lingkungan akan sama pada seluruh anggota populasi . dengan demikian jika terdapat keragaman dalam populasi maka keragaman tersebut jelas karena perbedaan ciri genetis dari anggota penyusun populasi. Dengan kata lain jika 2 E = 0, maka 2 P = 2 G. dalam kenyataan, untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang benar – benar homogen bukan merupakan hal yang mudah. Diperlukan teknik analisis untuk dapat mengurai keragaman fenotip menjadi komponen – komponen yang diperlukan. Teknik analisis yang paling banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman atau tujuan diatas adalah teknik analisis varians yang diikuti dengan penguraian komponen varians. Berdasarkan analisis varians tersebut dapat diketahui besar dan kebermaknaan genotipe, namun belum diketahui besarnya sumbangan keragaman genotipe tersebut terhadap keragaman fenotipenya. Oleh karena itu, ada satu parameter genetis yang masih perlu ditaksir, yaitu heretabilitas ( H2 ) atau daya waris (dalam hal ini adalah heretabilitas dalam arti luas). Heretabilitas merupakan nilai relatif yang menunjukkan besarnya sumbangan keragaman genotipe dan dapat dinyatakan sebagai berikut : 4 x 100 % Nilai H2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan, memiliki nilai antara 0 dan 1. Jika H2 = 1, menunjukkan keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika H2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena pengaruh lingkungan yang beragam. Kriteria heretabilitas adalah 0 – 20 % (rendah) ; 20 – 50 % (sedang) ; > 50 (tinggi). I.2 tujuan Menghitung heritabilitas dalam arti luas dari analisis komponen ragam baik yang berasal dari satu lokasi maupun multilokasi. Menghitung heritabilitas dalam arti sempit dari analisis komponen ragam baik yang diperoleh dari analisis dialel BAB II TINJAUAN PUSTAKA Heritabilitas atau daya waris adalah warisan bagi pengaruh keragaman genetik terhadap keragaman genetika terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varian (ragam). Dalam praktik genetika terapan dikenal dua macam heritabilitas : heritabilitas arti luas, berupa nisbah varian genotipik terhadap varian fenotipik, dan heritabiltas arti sempit, berupa nisbah varian genetik aditif terhadap varian fenotipik (Anonim, 2011). Heritabilitas adalah angka keturunan yaitu seberapa besar tetua dapat menurunkan gennya kepada keturunannya yang mempunyai kesamaan sifat. Menurut Warwick heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Terhadap dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah hertabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012). Menurut Anonim (2012), ada beberapa cara utama dalam prinsip dasar dalam menduga nilai heritabilitas: 1. Estimasi nilai heritabilitas dapat dianalisis dari ragam suatu populasi yang isogen (ragam yang sama), dibandingkan dengan ragam populasi umum. 2. Melalui seleksi dalam populasi bila dilakukan suatu seleksi maka frekuensi gennya akan berubah dan perubahan frekuensi gen inilah yang diduga sebagai kemampuan genetik yang diperoleh dari tetuanya. 3. Melalui perhitungan kolerasi dan regresi dari induk atau orang tua dengan anaknnya. Cara ini merupakan cara yang paling akurat, karena dianalisis berdasarkan kekerabatannya secara genetik. Heritabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi, yaitu untuk mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunnya. Menurut Warwick dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur dengan ragam) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara statistik merupakan reaksi observased fenotipik varian, yang disebabkan perbedaan hereditas diantara gendan kombinasi gen genotip individu-individu. Ada dua pengertian heritabilitas yaitu dalam arti luas dan arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara umum adalah heritabilitas dalam arti sempit (Anonim, 2012). Heritabilitas mengukur keragaman total pada fenotipik yang disebabkan oleh keragaman aditif. h2 mengukur kepentingan relatif antara pengaruh genetik dan lingkungan untuk suatu sifat pada suatu populasi. h2 sebagai ukuran yang menunjukkan tingkat kesamaan penampilan antara anak-anak dengan tetuanya. Suatu sifat dikatakan mempunyai nilai heritabilitas tinggi bila tanaman dalam suatu populasi mempunyai penampilan yang baik untuk sifat tersebut cendrung menghasilkan keturunan dengan penampilan yang baik pula. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. proporsi ini dapat diwariskan pada generasi selanjutnya (Noorhen, 1995). Heritabilitas (h2) dalam arti luas ini menjadi rasio antara keragaman genetik dengan keragaman fenotipik. Heritabilitas dalam arti luas ini melibatkan pengaruh gen yang aditif dan yang non-aditif . h2 = Para ahli genetika menyatakan proporsi perbedaan dalam ciri individual, yang ditentukan oleh faktor-faktor yang diwariskan , sebagai faktor heritabilitas. Untuk mengukur hertabilitas, hanya ada pendekatan matematis saja, dan hal ini ada di luar lingkup pembahasan. Hanya sedikit ahli genetika percaya bahwa kita mempunyai cukup cara untuk membedakan heritabilitas intelegensi dan periku pada manusia. Ragam genetik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya introduksi bangsa ternak yang baru ke dalam kelompok ternak asli dapat meningkatkan ragam genetik, bila terjadi perkawinan di antara kedua bangsa ternak tersebut. Selain itu, efek seleksi dalam satu kelompok ternak pada sejumlah generasi dapat menurunkan ragam genetik. Penggunaan metode inbreeding dalam sistem perkawinan dapat menurunkan ragam genetik (Rusfidra, 2012). Kolerasi genetik adalah kolerasi dari pengaruh genetik aditif atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu. Kolerasi dapat dikatakan jika gen-gen yang mempengaruhi sifat pertama juga mempengaruhi sifat kedua. Kolerasi lingkungan termasuk pengaruh lingkungan dan pengaruh genetik yang bukan aditif. sifat-sifat kolerasi genetik biasanya digunakan untuk memperkirakan besarnya perubahan-perubahan dalam generasi berikutnya apabila digunakan sebagai kriteria seleksi. Kolerasi dibedakan menjadi kolerasi genetik, kolerasi fenotip dan dan kolerasi lingkungan. Kolerasi genetik terjadi apabila gen yang sama mempengaruhi ekspresi(Pai,1985). BAB III METODA 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilkasanakan pada hari jum’at, 25 Oktober 2013 pukul 08:30-sd di BDP lantai 3 Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang. 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain kalkulator, alat tulis lainya dan data: 1. Data pengukuran Diameter tanaman jati yang telah di sediakan 3.3 Cara Kerja Cara kerja pada praktikum ini dengan cara menghitung data yang telah ada. Dengan mengunakan perhitungan ANOVA. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel 1. Pengukuran diameter jati No A B C D Total 1 15,9 15,9 17,3 8,2 57,3 2 19,9 21,3 21,9 8,3 71,4 3 14,8 8,6 7,8 6,1 37,3 4 15,5 10,2 6,6 4,4 36,7 Total 66,1 56 53,6 27 202,7 Tabel 2. Tabel sidik ragam Sumber keragaman db jk kt Uji nyata E (KT) h2 kriteria Blok 3 208,83 69,61 7,83 Varietas 3 211,9 70,63 7,92 23,54 69 % Tinggi Sisa 9 79,92 8,9 8,9 Total 15 500,65 149,12 15,75 1,97 FKT : 2567,96 JKT : 500,65 JKV : 211,9 JKB : 208,83 JKS : 79,92 KTB : 69,61 KTV : 70,63 KTS : 8,9 KTT : 149,12 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang telah didapatkan pada pratikum kali ini bahwa nilai heritabilitasnya didapatkan 69% maka hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan dari suatu tetua untuk mewariskan karakter tertentu kepada anakanya sangat tinggi. Bisa jadi faktor genetik yang sangat memepengaruhinya dan hanya sedikit faktor lingkungnya, semakin tinggi faktor genetik yang berperan terhadap suatu karakter maka semakin besar pula peluang karakter tersebut diwariskan kepada anakanya. Didalam ilmu pemulian nilai heritabilitas ini sangat menetukan laju dari suatu seleksi apabila seleksi tersebut dilaksanakan dan ternyata nilai heritabilitasnya tinggi, maka dapat dikatakan bahwan seleksi tersebut berhasil dilakukan dan mendapatkan varietas yang memang sesuai dengan si pemulia tersebut. Secara sederhana heritabilitas berhubungan dengan proporsi keragaman fenotipik yang dikontrol oleh gen. karena keragaman fenotipik merupakan hasil dari interaksi antara ragam genetik dan lingkungan. Keragaman genotip yang rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi yang dilakukan untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotip suatu populasi perlu diketahui komponen – komponen yang menyusun keragaman individu tanaman penyusun populasi. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa nilai heritabilitasyang tinggi meruapakan parameter kita bahwa keragaman genetiklah yang banyak berperan dibandingkan dengan ragam lingkungan, nilai heritabilitas juga dapat mengetahui besar kecilnya kemampuan pewarisan sifat tetua kepada anakanya. 5.2 Saran Untuk praktikum selanjutnya diharapkan lebih efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2013. Laporan praktikum heritabilitas. ITB. Noorhen, 1995. Heritability of crof improvement. Chapman, longwes. Rusfidra, 2012. Perhitungan nilai heritabilitas ST 1. IPB Press Bogor. Lampiran Perhitungan.